Rabu, 31 Januari 2018

DAKWAH DI LINGKUNGAN MASYARAKAT BIROKRAT

DAKWAH DI LINGKUNGAN MASYARAKAT BIROKRAT

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan III
Dosen Pengampu: Agus Miswanto, M.A.

    
   Disusun Oleh:

Tri Apriliani M.                                      16.0401.0039
Ema Wijayanti                                        16.0401.0041
Farida Nur Aini                                      16.0401.0045
Siti Kholifatul Karimah                           16.0401.0047





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2017


 

DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Dakwah merupakan hal terpenting dalam ajaran Islam, karena dengan dakwah ajaran agama dapat dilestarikan dan tidak akan hilang. Dakwah merupakan salah satu usaha yang berupa ajakan dengan sadar dan terencana untuk mengajak seseorang ataupun agar lebih sadar dan mengamalkan ajaran Islam pada setiap aspek kehidupan dengan murni dan konsekuen serta pesan yang disampaikan da’i kepada mad’u tanpa adanya unsur-unsur paksaan.
Dakwah Islam merupakan salah satu kewajiban umat muslim dalam mewujudkan kehidupan sosial yang baik dalam semua segi kehidupan hingga tercapainya konsep khairul ummah. Dakwah juga bisa diartikan sebagai ajakan baik secara lisan maupun tulisan, tingkah laku dan lain sebagainya
Dalam berdakwah seorang da’i tidak mudah dalam mengajak mad’u untuk bisa menerima dakwahnya, apalagi dakwah yang dilakukan seorang da’i yang dilaksanakan di daerah pedesaan yang akan menghadapi masyarakat kelas atas. Dalam dimensi agama, masyarakat kelas atas umumnya masih bersifat menganut kepercayaan yang sangat minim. Dalam masyarakat kelas atas biasanya kehidupan memiliki kesibukan yang tinggi.
Masyarakat kelas atas itu terdapat jarak hubungan sosial antar penduduknya yang bersifat khas, yakni hubungan kekeluargaan, bersifat pribadi, tidak banyak pilihan dan kurang tampak adanya sosial, atau dengan kata lain bersifat pribadi.
Sehingga pemakalah dirasa sangat penting untuk meneliti bagaimana dakwah dimasyarakat kelas atas. Seorang da’i harus bisa menggunakan berbagai cara yang bijaksana agar dalam penyampaian ajaran islamnya kepada masyarakat desa bisa menjadi dakwah yang efektif dan tepat sasaran.

B.     Rumusan Masalah

                             1.            Apa definisi Dakwah?
                             2.            Apa definisi Birokrat?
                             3.            Bagaimana karakteristik Masyarakat Birokrat?
                             4.            Bagaimana urgensi dakwah Birokrasi?
                             5.            Bagaimana bentuk dan strategi dakwah?
                             6.            Bagiamana bentuk dakwah Muhammadiyah?

BAB II PEMBAHASAN


A.     Definisi Dakwah

Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa Arab, da’a-yad’u-da’watan, yang berarti ajakan atau seruan. Secara terminologis, dakwah adalah mengajak atau menyeru, baik kepada diri sendiri, keluarga maupun orang lain, untuk menjalankan semua perintah dan meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya (Najamuddin, 2008)
Menurut Prof. Toha Yahya Omar, M.A dakwah adalah Mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat”. (Aziz M. A., 2016)
Dalam pengertian yang luas dakwah adalah upaya untuk mengajak seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) agar memeluk dan mengamalkan ajaran islam atau untuk mewujudkan ajaran islam ke dalam kehidupam yang nyata. (Muhammadiyah, 2016)

B.     Definisi Birokrat (Pemimpin atau Pejabat)

Pemimpin atau pejabat dalam bahasa yang mencakup lebih luas adalah birokrat, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disebutkan bahwa birokrat adalah pegewai yang bertindak secara birokratis, seorang yang menjadi bagian dari birokrasi. Sedangkan birokrasi, yaitu sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah berdasarkan pada hierarki dan jenjang jabatan. Birokrasi juga mempunyai makna cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban, serta menurut tata aturan yang berliku-liku. (KBBI 2005) 
Berdakwah di kalangan birokrat, berarti menyampaikan dakwah kepada orang-orang yang berada di lingkungan instansi pemerintah atau kantor pemerintahan, baik mereka pegawai negeri sipil (PNS) biasa maupun pejabat dalam berbagai tingkatannya. Dan, sudah menjadi rahasia umum, bahwa berurusan dengan birokrasi di negeri ini sangatlah ribet dan melelahkan, sehingga banyak yang memilih “jalan pintas.” Namun demikian, kita tak boleh patah arang. Adalah kewajiban kita untuk menyampaikan dakwah Islam ini kepada berbagai kalangan dan seluruh lapisan masyarakat. Tentu, dengan cara yang baik, bil hikmah wal mau'izhatil hasanah. 
Di atas adalah makna pertama. Adapun makna kedua yaitu, birokrat berdakwah kepada sesama birokrat, di mana dalam hal ini sang da'i adalah seorang birokrat yang bekerja di lingkungan birokrasi. Jadi, ini merupakan dakwah internal.

C.     Karakteristik Masyarakat Birokrat

                      1.         Kewajiban – kewajiban organisasi dibagikan kepada bagian-bagian. Setiap bagian menangani pekerjaan tertentu.
                      2.         Posisi-posisi kedudukan dalam organisasi menciptakan struktur yang berjenjang. Setiap jenjang memiliki tanggung jawab dan wewenang yangtidak sama sebagaimana tingkatan jabatannya.
                      3.         Terdapat sebuah tata kerja atau sistem yang diatur secara pasti. Aturan-aturan itu menjadi sebuah dasar fungsi dari setiap bagian. Sebagai aturan yang jelas digariskan, maka jika terjadi pergantian pegawai tidak akan merusak operasional sebuah organisasi secara keseluruhan.
                      4.         Ada sekelompok orang yang duduk dalam staf yang berkewajiban menangani koordinasi antar bagian dan pengorganisasian kerja.
                      5.         Hubungan di antara para pejabat atau pengurus organisasi sifatnya impersonal dan formal. Dengan cara seperti itu, maka faktor subjektivitas bisa dihilangkan, karena subjektivitas bisa memberikan pengaruh kualitas kebijakan yang akan dibuat. Kebijakan yang dipengaruhi subjektivitas dan kepentingan pribadidapat merugikan organisasi secara keseluruhan dan dapat menimbulkan terjadinya KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme).
                      6.         Penerimaan pegawai dilandaskan pada bidang kualifikasi teknis, bukan atas dasar pertimbangan politis, hubungan pribadi atau kekerabatan.

D.     Urgensi dakwah Birokrasi

Dakwah merupakan aktivitas yang sangat penting dalam islam. Islam dapat tersebar dan diterima oleh manusia. tanpa dakwah islam akan semaikin jauh dari masyarkat dan akan lenyap dari permukaan bumi (Aziz M. A., 2004). Sifat dakwah tak pandang bulu. Dakwah disampaikan kepada siapa pun tanpa kecuali, bahkan kepada non muslim sekalipun. Khusus dakwah kepada pemerintah dan penguasa, ia mempunyai keutamaan tersendiri dan maslahat yang sangat besar. Bagaimanapun dakwah akan lebih leluasa dan relatif berjalan lebih baik manakala mendapatkan dukungan dari penguasa. Dan, munculnya penguasa yang adil inilah sesungguhnya di antara tujuan dakwah di kalangan birokrat.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ إِمَامٌ عَادِلٌ

“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah pada hari kiamat dalam lindungan-Nya di hari tiada perlindungan kecuali perlindungan-Nya, yaitu; penguasa yang adil.
Setidaknya, ada empat alasan pentingnya dakwah di kancah birokrasi ini. Pertama; menghilangkan atau meminimalisasi kemungkaran yang ada di lingkungan pemerintahan, baik tingkah laku orangnya maupun “kebijakan-kebijakan”nya. Kedua; memasukkan dan mewarnai pemerintahan dengan kebaikan, baik pada personnya maupun ketetapan-ketetapannya. Ketiga; mendekatkan mereka kepada Islam agar lebih mengenal ajaran-ajarannya serta mau menerapkan syariatnya, mengerjakan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang. Dan keempat; diharapkan jika pemerintahnya baik, maka akan baik pula rakyatnya.
Semakin besar kecenderungan dan ghirah penguasa terhadap Islam, tentu pengaruhnya sangat besar bagi rakyat yang dipimpinnya, sebagaimana sebuah ungkapan terkenal mengatakan :


صِنْفَانِ مِنَ أُمَّتِي إِذَا صَلَحَا صَلَحَ النَّاسُ وَإِذَا فَسَدَا فَسَدَ النَّاسُ : الْعُلَمَاءُ وَالْأُمَرَاءُ
“Dua golongan dari umatku yang jika keduanya baik, maka baik pula orang-orang. Dan, apabila keduanya rusak, maka rusaklah orang-orang. Mereka yaitu para ulama dan penguasa.  

E.      Bentuk dan Strategi Dakwah

     Pada garis besarnya, bentuk dakwah ada tiga
                              1.            Da’wah bil lisan yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui lisan, yang dilakukan antara lain dengan ceramah- ceramah, khutbah, diskusi, nasihat, dan lain- lain.
                              2.            Da’wah bil hal yaitu dakwah dengan perbuatan yang nyata dimana aktivitas dakwah dilakukan melalui keteladanan dan tindakan amal nyata. Misalnya dengan tindakan amal karya nyata yang dari karya nyata tersebut hasilnya bisa dirasakan secara konkret oleh masyarakat sebagai objek dakwah.
                              3.            Da’wah bil qalam yaitu dakwah melalui tulisan yang dilakukan dengan keahlian menulis di surat kabar, majalah, buku, maupun internet.
Berdasarkan ketiga bentuk dakwah tersebut maka metode dan teknik dakwah dapat diklasifikasikan sebagai berikut  :
                              1.            Metode Ceramah
Metode ceramah ini telah dipakai oleh semua Rasul Allah dalam menyampaikan ajaran Allah. Sampai sekarang pun masih merupakan metode yang paling sering digunakan oleh para pendakwah sekalipun alat komunikasi modern telah tersedia. Ibadah shalat jum’at juga tidak sah jika tidak disertai ceramah agama yaitu khutbah jum’at. Ia telah ditentukan waktu, tempat dan unsur- unsur yang harus dipenuhi sesuai dengan aturan yang ada dalam hadits dan kitab-kitab fiqih. Oleh sebab itu, metode ini disebut public speaking (berbicara didepan publik). Sifat komunikasinya lebih banyak searah (monolog) dari pendakwah ke audiensi, sekalipun sering juga diselingi atau diakhiri dengan komunikasi dua arah (dialog) dalam bentuk tanya jawab.
                              2.            Metode Diskusi
-         Menurut Zakiah Darajat : metode ini dimaksudkan untuk mendorong mitra dakwah berpikir dan mengeluarkan pendapatnya serta ikut menyumbang dalam suatu masalah agama yang terkandung banyak kemungkinan-kemungkinan jawaban.
-         Menurut Abdul Kadir Munsyi : mengartikan diskusi dengan perbincangan suatu masalah di dalam sebuah pertemuan dengan jalan pertukaran pendapat diantara beberapa orang.
Dapat di ambil kesimpulan bahwa diskusi sebagai metode dakwah adalah bertukar pikiran tentang suatu masalah keagamaan sebagai pesan dakwah antar beberapa orang dalam tempat tertentu.
Dalam berdiskusi seorang pendakwah sebagai pembawa misi islam haruslah dapat menjaga keagungan namanya dengan menampilkan jiwa yang tenang, berhati-hati, cermat dan teliti dalam memberikan materi dan memberikan jawaban atas sanggahan peserta.
                              3.            Metode Konseling
Konseling adalah pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana seorang (konselor) berusaha membantu yang lain untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungannya dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada saat ini dan pada waktu yang akan datang.
                              4.            Metode Karya Tulis
Metode karya tulis merupakan buah dari ketrampilan tangan dalam menyampaikan pesan dakwah. Ketrampilan tangan ini tidak hanya melahirkan tulisan, tetapi juga gambar atau lukisan yang mengandung misi dakwah.
                              5.            Metode Pemberdayaan Masyarakat
Metode pemberdayaan masyarakat yaitu dakwah dengan upaya untuk membangun daya, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang di miliki serta berupaya untuk mengembangkannya dengan dilandasi proses kemandirian.
                              6.            Metode Kelembagaan
Metode kelembagaan yaitu pembentukan dan pelestarian norma dalam wadah organisasi sebagai instrumen dakwah. Untuk mengubah perilaku anggota melalui intstitusi. Misalnya pendakwah harus melewati proses fungsu-fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian. (Aziz M. A., 2016)


F.      Bentuk dakwah Muhammadiyah

Sejak kelahiran Muhammadiyah, konsep dakwah mengalamai perluasan makna dan cakupan. Dakwah tidak lagi sebatas dan identik dengan berceramah. Aktivitas yang terkait dengan penyelenggaraan rumah sakit, pendidikan, panti sosial dan tentu saja aktivitas penyelenggaraan pengajian dan pengkajian serta berceramah adalah dakwah. Semua aktivitas yang dilakukan oleh Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yag sebenar-benarnya, adalah dakwah. Aktivitas dakwah kemudian dilembagakan dan diorganisir secara permanen oleh Muhammadiyah.
Beberapa pilihan dapat dilakukan Muhammadiyah untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah.
1.      Melakukan revitalisasi keluarga. Al-Qur’an surat al-Hasyr (66) ayat 7 menegaskan keharusan memelihara dan menjaga diri dan keluarga. Artinya, perintah untuk melakukan revitalisasi dakwah secara terus menerus dan berkelanjutan dari diri dan keluarga. Keluarga, sebagimana dipandukan dalam Pedoman Hidup Islami Muhammadiyah, difungsikan sebagai:
a.       media sosialisasi nilai-nilai ajaran Islam
b.      kaderisasi; sebagai pelansung dan penyempurna gerakan da’wah,
c.       sebagai media pemberian keteladanan dan pembiasaan amal Islami,
d.      media penciptaan suasa dan kehidupan islami dalam bentuk membangun pergaulan yang saling mengasihi, menyayangi, saling menghargai danmenghormati, memelihara persamaan hak dan kewajiban
2.      Seperti yang telah diungkapkan di atas tentang kedahsyatan pengaruh media elektronik dan teknologi informasi dalam membentuk pola pikir dan prilaku masyarakat, merupakan keniscayaan dakwah Muhammadiyah memanfaatkan media elektronik dan teknologi informasi. Saatnya Muhammadiyah mulai berdakwah melalui dunia maya sumpama lewat facebook, bolgger dan sebangsanya. Dalam pemanfaatan media elektronik, mungkin Muhammadiyah dapat mengambil bagian dalam mengisi acara tertentu di televisi lokal yang pada masa mendatang akan banyak dikembangkan.
3.      Melakukan sinergi dengan berbagai majlis dan lembaga di lingkungan Muhammadiyah. Sebenarnya Muhammadiyah mempunyai obyek dakwah yang tidak pernah kering. Mereka datang ke Muhammadiyah, baik ketika sakit yang ditampung oleh balai pengobatan Muhammadiyah, atau sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah. Selama ini, mereka belum secara maksimal dijadikan sebagai obyek dakwah betapapun Muhammadiyah telah menegaskan semua amal usaha yang dimiliki adalah media dakwah Muhammadiyah. Sinergi dengan berbagai majlis dan lembaga dapat membantu terselenggaranya aktivitas dakwah secara maksimal.


 

BAB III KESIMPULAN


Dakwah adalah usaha dan perjuangan merubah situasi yang tidak diridhai Allah kepada yang diridhai Allah. Sedangkan birokrat adalah pegawai yang bertindak secara birokratis, seorang yang menjadi bagian dari birokrasi. Sehingga berdakwah di kalangan birokrat, berarti menyampaikan dakwah kepada orang-orang yang berada di lingkungan instansi pemerintah atau kantor pemerintahan, baik mereka pegawai negeri sipil (PNS) biasa maupun pejabat dalam berbagai tingkatannya.
Khusus dakwah kepada pemerintah dan penguasa, ia mempunyai keutamaan tersendiri dan maslahat yang sangat besar. Bagaimanapun dakwah akan lebih leluasa dan relatif berjalan lebih baik manakala mendapatkan dukungan dari penguasa. Dan, munculnya penguasa yang adil inilah sesungguhnya di antara tujuan dakwah di kalangan birokrat. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi para mubaligh dengan kondisi masyarakat dengan kemapanan, ekonomi bagus, dan kecenderungan untuk korupsi. 
Secara garis besar metode dakwah dibagi menjadi tiga bentuk yaitu da’wah bil lisan, da’wah bil hal, da’wah bil qalam. Konsep dakwah mengalamai perluasan makna dan cakupan. Dakwah tidak lagi sebatas dan identik dengan berceramah. Aktivitas yang terkait dengan penyelenggaraan rumah sakit, pendidikan, panti sosial dan tentu saja aktivitas penyelenggaraan pengajian dan pengkajian serta berceramah adalah dakwah. Semua aktivitas yang dilakukan oleh Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yag sebenar-benarnya, adalah dakwah. Aktivitas dakwah kemudian dilembagakan dan diorganisir secara permanen oleh Muhammadiyah.





DAFTAR PUSTAKA


Sumber Buku:
Aziz, M. A. (2004). Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media.
Aziz, M. A. (2016). Ilmu Dakwah Edisi Revisi. Jakarta: Prenadamedia.
KBBI 2005.
Muhammadiyah, P. (2016). Dakwah Kultural Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Najamuddin. (2008). Metode Dakwah Menurut Al Qur'an. Yogyakarta : Pustaka Insan.
Sumber Internet:

Nur amelia , “ciri – ciri sebuah birokrasi dalam kajian sosiologi” diakses dari,

Nur Aminuddin, “Dalam Pembinaan Ummat
Di Tengah Dinamika Masyarakat Saat Ini
” diakses dari ,

                                                                                            

DAKWAH DI LINGKUNGAN MASYARAKAT BIROKRAT

DAKWAH DI LINGKUNGAN MASYARAKAT BIROKRAT Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan II...